Beranda | Artikel
Teladan Para Salaf dalam Bekerja
Jumat, 19 Mei 2023

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Teladan Para Salaf dalam Bekerja ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 24 Syawal 1444 H / 15 Mei 2023 M.

Kajian Tentang Teladan Para Salaf dalam Bekerja

Para Salaf dahulu dan orang-orang yang datang setelahnya menekuni dan menggeluti berbagai macam profesi. Mereka bekerja mendapatkan dunia untuk menegakkan punggung mereka. Yaitu untuk menutupi kebutuhan-kebutuhan hidup mereka. Mereka bukanlah orang yang berpangku tangan dan mengharapkan bantuan orang lain.

Disebutkan oleh Ibnul Jauzi bahwa Abu Bakar, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, mereka dikenal sebagai pedagang kain. Demikian pula halnya Muhammad bin Sirin, Maimun bin Mihran, yang juga merupakan pedagang kain.

Adapun Zubair bin Al-Awwam, Amr bin Al-Ash, Amr bin Kuraiz termasuk para pedagang kain campuran sutra dengan wol. Begitu pula Abu Hanifah. Sa’ad bin Abi Waqqash bekerja membuat anak panah. Utsman bin Thalhah berprofesi sebagai penjahit.

Demikian pula tabi’in serta generasi Salaf berikutnya tetap bekerja dan memerintahkan orang-orang untuk bekerja. Mereka menggeluti profesi ataupun melakukan sesuatu untuk mencari nafkah. Seperti kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

لأَنْ يَأْخُذَ اََحَدُكُمْ اَحْبُلَهُ ثُمَّ يَاْتِى الْجَبَلَ فَيَاْتِىَ بِحُزْمَةٍ مِنْ حَطَبٍ عَلَى ظَهْرِخِ فَيَبِيْعَهَا فَيَكُفَّ اللهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌلَهُ مِنْ اَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ اَعْطَوْهُ اَوْ مَنَعُوْهُ.

“Sesungguhnya seorang di antara kalian membawa tali-talinya dan pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar yang diletakkan di punggungnya untuk dijual sehingga ia bisa menutup kebutuhannya adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada manusia baik mereka memberi atau tidak.” (HR. Bukhari)

Dari Amr bin Maimun, dari ayahnya, dia berkata: “Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, lalu dia diberi gaji dua ribu dirham. Abu Bakar pun berkata: “Tambahkan gaji itu, karena aku punya keluarga. Kalian telah membuatku sibuk hingga aku tidak bisa berdagang.” Lalu Para Sahabat kemudian memberinya tambahan lima ratus dirham.”

Mereka mencari duni juga seperti halnya kita hari ini. Karena rezeki tidak turun dari langit. Rezeki harus diusahakan, tidak bisa modal doa atau modal keshalihan. Kita tahu para Nabi pun bekerja dan berusaha. Mereka punya pekerjaan-pekerjaan yang mereka geluti. Mereka pernah menggembalakan kambing milik penduduk Mekah, pernah membuka jasa titipan harta benda orang-orang Quraisy.

Jadi para Nabi juga berusaha, tapi tidak demikian halnya menurut pandangan kaum Sufi.

Ibnul Jauzi berkata; Apabila seseorang bertanya kepada kaum sufi: “Dari mana aku memberi makan keluargaku?” tentu mereka berkata: “Kamu telah berbuat syirik!”

Andaikan mereka ditanya tentang orang yang keluar rumah untuk berdagang, niscaya mereka berkomentar: “Dia bukan orang yang bertawakal, dia adalah orang yang tidak yakin.”

Ini semua terjadi karena ketidaktahuan akan makna tawakal dan yakin. Apabila ada di antara mereka menutup pintu rumah lalu bertawakal, tentu orang itu mendekati pernyataan tadi. Tapi mereka berada dalam dua dilema; kebanyakan mereka sungguh-sungguh mencari dunia dan ada yang mengirim budaknya agar berkeliling untuk menjajakan makanan dan mengumpulkan uang baginya. Artinya bahwa kenyataan tidak bisa ditolak. Bagaimanapun mereka meyakini bahwa tawakal itu jangan keluar rumah, tapi kenyataannya mereka memerintahkan orang lain bekerja untuk menghidupi mereka. Itu tentunya suatu yang bertolak belakang sebenarnya.

Sebagian dari mereka ada yang suka duduk-duduk di majelis-majelis dengan penampilan seperti orang-orang miskin. Hal ini demi agar orang-orang datang membantu mereka.

Maka Said bin Al-Musayyib mengatakan: “Siapa yang selalu ada di masjid, tidak bekerja dan hanya mengharap pemberian orang lain, berarti dia telah meminta-minta secara paksa.” Maka para Salaf dahulu memerintahkan murid-murid mereka dan kaum muslimin agar bekerja keras. Tidak ada yang mendorong agar seseorang berpangku tangan dengan modal tawakal.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52925-teladan-para-salaf-dalam-bekerja/